by Shinta Nadya Mega Ariesta (Biologi 02)
Fakta 1: Fenomena "Hujan Semangka", apa nggak sakit tuh?!
Hayoo, pasti kamu baca ini karena penasaran gimana rasanya hujan semangka?
Eh, apa jangan-jangan kamu mau ambilin semangka nya wkwk
Eits, jangan salah ya teman. Fenomena "Hujan Semangka" lebih umum dikenal dengan "Watermelon Snow". Watermelon artinya semangka, snow artinya salju. Jadi, saljunya bentuk semangka gitu? Pasti kalian sudah membayangkan seperti ini.
Sumber: Cookpad "Es Semangka Susu"
Seger ya guys haha. Tapi bukan ya teman, kalo mau tau tentang Watermelon Snow simak penjelasannya berikut ini.
Watermelon Snow merupakan suatu fenomena yang sudah terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Disebut demikian karena salju pada tempat tertentu memiliki warna pink dan aroma segar yang unik. Warna pink inilah yang menyebabkan penyebutan istilah tersebut. Kalo kamu belum bisa bayangin, ini contoh fotonya ya.
Sumber: The Japan Times "Watermelon snow is speeding up the melting of glaciers, Japanese scientists report"
Kira-kira kamu bakal nyobain ngga ya kalau ada di tempat tersebut?
Warna salju yang pink disebabkan karena adanya Chlamydomonas nivalis, jenis algae yang hidup di salju. Algae ini menyimpan pigmen karotenoid yang berfungsi untuk menyerap panas dan melindungi algae dari sinar ultraviolet. Chlamydomonas nivalis berhibernasi di dalam salju selama musim dingin. Ketika cahaya matahari berlimpah dan salju mencair di musim semi dan panas, barulah algae tersebut terbangun. Nah, hasilnya mengeluarkan warna serta aroma segar yang unik.
Maka dari itu, fenomena unik ini biasanya terjadi saat musim panas, namun suhu tetap rendah teman. Jadi gimana, setelah tau penyebabnya kamu masih mau nyobain ngga? :D
Referensi: Tribunnews
Fakta 2: Selain kamu, penyu saat ini terancam jomblo loh!
Perubahan iklim bukan hanya mempengaruhi lingkungan sekitar, seperti perubahan suhu dan peningkatan air laut. Perubahan iklim juga diketahui dapat memberikan pengaruh pada makhluk hidup. Salah satu dampak pemanasan global yang cukup mengkhawatirkan adalah adanya kemungkinan di masa depan penyu hanya melahirkan tukik betina atau yang disebut para ahli sebagai "feminisasi".
Ini terungkap melalui sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Global Change Biology yang memperkirakan bahwa hingga 93 persen tukik dalam populasi penyu hijau yang penting hanya berjenis kelamin betina pada tahun 2100. Hal ini karena penyu tidak seperti manusia atau mamalia lainnya. Jenis kelamin penyu tidak ditentukan oleh kromosom, melainkan suhu yang diterima telur saat dieram. Berikut ini contoh grafik pengaruh suhu terhadap jenis kelamin penyu.
Apabila banyak penyu yang menetas betina, betina tentunya tidak memiliki pasangan untuk memiliki keturunan. Oleh karena itu, semakin tinggi suhu lingkungan akibat pemanasan global, maka jumlah penyu betina lebih banyak dibandingkan penyu jantan. Hal ini bisa mengarah ke kepunahan penyu. Wah ngeri!
Kalo penyu punah, padang lamun tidak ada yang memakan sehingga sinar matahari susah untuk masuk ke dalam air. Akibatnya, kadar oksigen dalam air menjadi berkurang dan banyak biota laut yang mati. Rugi kita guys :(
Cara yang dapat kita lakukan untuk mencegah hal ini terjadi adalah melalui penghematan listrik, mengurangi penggunaan kendaraan berbahan bakar, dan menghindari membakar sampah.
Referensi: Instagram "Physibles"
Dari dua fakta tersebut, any comments and suggestions are welcome ya!
Kamu pengen tau fakta unik lainnya? Stay tune di blog ini yaa. Karena makin banyak tau, makin banyak ilmu. Bye bye, guys!

.jpg)


No comments:
Post a Comment